Ketika seorang Khalifah(Amir) itu menangis dipangkuan Hakim/Qadli yang diangkatnya juga sebagai penasehatnya, menangis merasa hidupnya tidak lebih mulia dari 'rakyat' nya :
"Aku terlalu sibuk, sehingga ba'da Sholat pun tak bisa lama bersimpuh di Mesjid, urusan lain sudah menunggu, apalagi untuk mencari nafkah sendiri seperti yang dicontohkan Nabi, dan beberapa Khalifah banyak yang menyumbangkan hasil peniagaan pribadinya untuk 'baitul-mal'. "
Sedangkan Aku.....makanan dan pakaian pun pemberian rakyat.
*Meneteslah air mata Qadli tersebut tepat di kening Khalifah, seraya menghiburnya:
" Mari kita berdo'a agar segala pekerjaan kita membuahkan 'manfaat' yang lebih besar untuk kemashlahatan umum,
dan kita lebih berupaya mengemban dan mengerjakan 'amanat' sebaik-baiknya.
serta berjuang untuk 'kemuliaan-bersama' ketimbang memikirkan kemuliaan kita sendiri."
"Aku terlalu sibuk, sehingga ba'da Sholat pun tak bisa lama bersimpuh di Mesjid, urusan lain sudah menunggu, apalagi untuk mencari nafkah sendiri seperti yang dicontohkan Nabi, dan beberapa Khalifah banyak yang menyumbangkan hasil peniagaan pribadinya untuk 'baitul-mal'. "
Sedangkan Aku.....makanan dan pakaian pun pemberian rakyat.
*Meneteslah air mata Qadli tersebut tepat di kening Khalifah, seraya menghiburnya:
" Mari kita berdo'a agar segala pekerjaan kita membuahkan 'manfaat' yang lebih besar untuk kemashlahatan umum,
dan kita lebih berupaya mengemban dan mengerjakan 'amanat' sebaik-baiknya.
serta berjuang untuk 'kemuliaan-bersama' ketimbang memikirkan kemuliaan kita sendiri."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar